Metode Ekstraksi
EKSTRAKSI
| Gambar 1. Teh (sumber: https://tinyurl.com/326u7nfk) |
Teh adalah minuman nonalkohol yang populer di seluruh dunia, dengan jumlah konsumsinya yang kedua setelah air. Teh telah mendapat perhatian yang meningkat karena antioksidannya, antimikroba, antiobesitas, dan antikarsinogenik.
Hasil penelitian mengatakan bahwa masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan minum teh yang cukup tinggi. Teh biasa dihidangkan setiap pagi atau sore hari. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa teh merupakan minuman yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain jenisnya yang beragam, terdapat juga banyak kandungan yang bermanfaat bagi tubuh. Apakah kamu juga termasuk penggemar minum teh?
Penelitian terhadap kandungan teh telah banyak dilakukan. Khususnya penelitian mengenai kandungan yang terdapat dalam teh. Apakah kamu pernah mendengar istilah cafein? Ya, benar sekali! Cafein yang biasa disandingkan dengan kopi, sebenarnya terkandung juga dalam teh. Berdasarkan penelitian dikatakan bahwa teh mengandung cafein yang apabila dikonsumsi terlalu banyak berdampak buruk bagi tubuh. Cafein merupakan salah satu senyawa yang terkandung dalam kopi. Untuk membuktikan bahwa cafein benar terkandung dalam teh, kamu bisa menggunakan metode analisa kuantitatif ekstraksi.
Prinsip kerja dari ekstraksi adalah adanya proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dalam ekstraksi, suatu komponen dalam campuran zat dipisahakan dengan cara dilarutkan dalam satu atau pelarut lain yang akan menghasilkan dua fasa, yaitu fasa rafinat (kaya pelarut umpan) dan fasa ekstrak (kaya zat terlarut). Perhatikan diagram alur proses ekstraksi pada Gambar 3!
Jenis-jenis Ekstraksi
| Gambar 4. Submikroskopik Ekstraksi Cair-cair (sumber: https://tinyurl.com/3nb8sn8h) |
Berdasarkan jenis fasa, dikategorikan menjadi dua, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair. Ekstraksi cair-cair, dikenal juga dengan sebutan ekstraksi pelarut. Ekstraksi cair-cair atau ekstraksi pelarut adalah proses pemisahan komponen campuran cair dengan cara dikontakkan dengan pelarut cair tidak larut yang sesuai. Pelarut yang digunakan harus bisa melarutkan satu atau lebih komponen. Dalam ekstraksi cair-cair atau ekstraksi pelarut pemisahan komponen campuran zat tergantung pada distribusi komponen yang tidak sama antara kedua cairan yang tidak bercampur. Penggunaan pelarut untuk ekstraksi adalah satu fasa sedangkan larutan umpan digunakan fasa lain.
| Gambar 5. Ekstraksi Padat-Cair (sumber : https://tinyurl.com/47f5r5j3) |
Perhatikan Gambar 5!
Mekanisme ekstraksi padat-cair atau leaching terdapat dua tahap yaitu,
- Mencampurkan padatan dengan pelarut yang sesuai. Pertama, zat terlarut dilarutkan dari permukaan padatan, kemudian terjadi difusi. Pada proses difusi terbentuk pori-pori pada bahan padat yang memperlihatkan permukaan yang baru agar penetrasi pelarut selanjutnya ke permukaan tersebut.
- Fasa pemisahan tidak larut adalah terpemisahnya fasa cair dari padat secara fisik dengan pengendapan, penyaringan, dll.
Gambar
7.Ekstraksi Perkolasi
(sumber:
https://tinyurl.com/mtrvnk3w)
| Gambar 8. Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet (sumber: https://tinyurl.com/3ek55vm2) |
Faktor Yang Mempengaruhi Ekstraksi
- Secara keseluruhan, hasil ekstraksi yang baik dihasilkan dari simplisia yang memiliki ukuran partikel yang halus atau kecil. Dengan ukuran partikel yang halus atau kecil, peningkatan penetrasi pelarut dan difusi zat terlarut mengakibatkan nilai efesiensi ekstraksi akan ditingkatkan. Dampak negative dari ukuran partikel yang halus atau kecil adalah menyerapnya zat terlarut yang terlalu banyak kedalam padatan sehingga filtrasi selanjutnya sulit dilakukan.
- Tingginya temperature dapat berpengaruh terhadap meningkatnya difusi dan kelarutan. Pada dasarnya temperature yang terlalu tinggi akan membuat pelarut hilang dan dekomposisi komponen termolabil dan kotoran yang tidak diinginkan.
- Tujuan dari pengadukan pada proses ekstraksi agar semakin banyak kontak antara bahan atau simplisia dengan pelarut dan dihasilkan derajat homogenitas yang tinggi. Kecepatan pengadukan juga berpengaruh terhadap proses ekstraksi, jika pengadukan dilakukan dengan cepat maka perpindahan panas yang terjadi dalam waktu tertentu juga besar. Banyaknya kontak bahan atau simplisia dengan pelarut maka akan dihasilkan ekstraksi semakin bagus.
Pemilihan Pelarut
- Koefisien distribusi ialah rasio konsentrasi zat terlarut dalam fasa rafinat dan fasa ekstrak.
- Densitas atau masa jenis berfungsi untuk pemisahan fasa secara fisik, masa jenis fasa cair jenuh harus lebih besar.
- Recoverability atau pemulihan pada pelarut dapat digunakan lagi dengan distilasi, dengan syarat pelarut tidak boleh membentuk zoetrope dengan zat terlarut yang diekstraksi. Pelarut harus mempunyai sifat volatilitas relatif tinggi maka biaya pemulihan rendah. Dan panas laten penguapan harus kecil.
- Selektivitas pelarut paling harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut. Berdasarkan hukum kesamaan dan intermiscibility (suka larut seperti), pelarut dengan nilai polaritas dekat dengan polaritas zat terlarut cenderung berkinerja lebih baik dan sebaliknya. Alkohol (EtOH dan MeOH) adalah pelarut universal dalam ekstraksi pelarut untuk penelitian fitokimia.
Daftar Pustaka
Abdullahi R, A., & Haque, M. (2020). Preparation
of Medicinal Plants: Basic Extraction and Fractionation Procedures for
Experimental Purposes. Journal of Pharmacy and Bioallied Sciences, 12(1),
1-10. doi:10.4103/jpbs.JPBS_175_19
Andrasi, N. H.-Z.-P. (2011). The Role of The Acquisition
Methods in The Analysis of Natural and Synthetic Steroids and Cholic Acids By
Gas Chromatography-mass Apectrometry. Journal of Chromatography A(1218),
8264–8272.
Arditsoglou, A. V. (2008). “Determination of Phenolic and
Steroid Endocrine Disrupting Compounds in Environmental Matrice. Environmental
Science and Pollution Research(15), 228–236.
Birajdhar, S. D. (2015). Continuous Countercurrent
Liquid-Liquid Extraction Method For The Separation Of 2,3-butanediol From
Fermentation Broth Using n-butanol and Phosphate Salt. Process Biochemistry(50),
1449-1458.
Liu, P., Chen, H., Gao, G., Hao, Z., Wang, C., Ma, G., . . .
Liu, X. (2016). Occurrence and Residue Pattern of Phthalate Esters in Fresh
Tea. Journal Of Agricultural and Food Chemistry, 8909−8917.
doi:http://dx.doi.org/10.1021/acs.jafc.6b03864
Mariani, D. Y., & Rejamardik, Y. N. (2013). Analisis
Deskriptif Tentang Gaya Hidup Minum Teh Masyarakat Surabaya di Hare and Hatter
Cabang Surabaya Town Square. Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa, 1 (2),
450-457.
Mizzi, B. M.-l.-c. (2016). General Design Methodology For
Reactive Liquid-Liquid Extraction: Application to DicarboxylicAacid Recovery
in Fermentation Broth. Chem. Eng. Process.
Mukhriani. (2014). Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan
Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal Kesehatan, VII.
Patel, K., Panchal, N., & Ingle, D. (2019). Extraction
Methods: Microwave, Ultrasonic, Pressurized Fluid, Soxhlet Extraction, Etc. Journal
of Advanced Research in Chemical Science, 6(3), 2349-0403.
doi:http://dx.doi.org/10.20431/2349-0403.0603002
Qing-Wen, Z., Gen, L., & Wen-Cai, Y. (2018). Techniques For Extraction and Isolation of Natural Products: A Comprehensive Review. Zhang et al. Chin Med. doi:https://doi.org/10.1186/s13020-018-0177-x
Komentar
Posting Komentar